RSS

Coffee Lover To Be

18 Apr

Selama ini…
Pengetahuanku tentang jenis-jenis biji kopi, none
Pengetahuanku tentang pengolahan kopi, none
Pengalamanku mengolah biji kopi, none
Kemampuanku membedakan rasa kopi, none
Benar-benar belum termasuk dalam coffee lovers, baru sekedar Penikmat Kopi. 😛

Ilmu pertama perkopian kudapatkan dari pemilik Kopi Aroma Bandung, bapak Widyapratama. Ini terjadi sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu, dari beliau aku tahu bedanya kopi Arabika dan Kopi Robusta, aku tahu bagaimana cara menyeduh kopi yang benar, aku tahu kalau ternyata setelah dikeringksn, biji kopi harus disimpan terlebih dahulu (layaknya minuman anggur) untuk mendapatkan rasa yang lebih enak, untuk mengurangi kadar asam dan mengurangi efek negatif terhadap lambung, dan aku tahu kalau setelah digiling, kopi harus segera dikonsumsi karena rasanya bisa berkurang seiring waktu. Ok, I listen to all the information to improve the taste of my coffee, tidak diragukan lagi kalau si Bapak memang ahli kopi, sangat mengenal dan sangat mencintai kopi, saat berbicara dengan beliau, kita seakan-akan tenggelam dalam dunia kopi yang sangat mengagumkan, dan the good news is rasa kopi-nya memang jadi lebih baik. ^_^ Sampai sekarang aku belum pernah berkunjung kesana lagi, karena selalu nitip beli ke kakak yang tinggal di Cimahi.

My Coffeedicted’s Journey, so far…
Kopi Tubruk. Sejauh ini, yang aku ketahui tentang kopi tubruk tidak terlalu banyak. Setiap orang punya cara pembuatan dan standar sendiri. Jadi aku sharing apa yang kuketahui dan lakukan saja, semoga benar dan tidak menyesatkan. hehehehe… Membuat kopi tubruk bisa dengan cara dididihkan atau dengan diseduh. Cara diseduh (bubuk kopi disiram dengan air panas, dibiarkan mengendap, disajikan tanpa disaring) bukanlah cara yang meng-international, jadi kubilang saja kopi ala Indonesia. Cara pembuatan kopi tubruk kemungkinan diperoleh dari pedagang Timur Tengah dengan istilah “mud coffee”. Karena setelah didiamkan, endapan di bagian bawah cangkir terlihat seperti lumpur. Cara membuatnya sangat sederhana, setelah bubuk kopi dimasukkan ke cangkir, seduh/siram dengan air panas, ini wanti-wanti dari pak Widya. Waktu itu aku tidak terlalu mengerti dengan wanti-wanti si Bapak, tapi ternyata setelah baca-baca literature, air panas yang dimaksud (yang tidak sama dengan air hangat, dan tidak sama dengan air mendidih) adalah air dengan suhu sekitar 92-96 derajat celcius. Jika air terlalu panas, aroma kopi akan berkurang, sedangkan jika airnya kurang panas, sebagian bubuk kopi yang “belum matang” akan mengapung di permukaan kopi. Jadi sebaiknya jangan membuat kopi dari air dispenser. Kopi diaduk sebentar, biasanya akan terbentuk busa tipis di permukaan kopi, setelah itu bisa ditambahkan gula sesuai selera. Kalau cara dididihkan, bubuk kopi plus gula direbus dan diaduk-aduk jangan sampai meluap dari wadahnya, cara ini hampir sama dengan cara pembuatan kopi Yunani (Greek Coffee) dan kopi Turki (Turkish Coffee). Kalau menurutku, dengan takaran kopi dan gula yang sama, kopi yang diseduh lebih enak dan lebih harum daripada kopi yang dididihkan. Takaran yang biasa kugunakan 1 sdm kopi (sekitar 10 gr) untuk 1 cangkir.

Kopi Kawa. Atau lebih tepatnya kopi daun kawa. Kalau ini special dari Sumatera Barat dan dibuat dari daun kopi yang disanggrai, aku belum pernah mencobanya. Hehehe. Pengetahuan kopi kawa sendiri kudapat dari menonton koki cilik di TV dan sekarang menjadi salah satu keinginan untuk mencoba dan kalau bisa meng-komersialkan kopi ini. History dibalik kopi kawa tidak lepas dari masa-masa susah zaman penjajahan dahulu kala. Saat semua hasil panen biji kopi diexport ke luar negeri tanpa ada sisa buat petani, kaum pribumi Sumatera Barat menyiasati-nya dengan membuat kopi dari daunnya. Kawa artinya kopi, berasal dari bahasa Arab “Qahwa”, artinya kekuatan/kuat, yang merujuk ke minuman yang dibuat dari biji kopi yang memberi efek menambah energi. Pembuatannya: daun kopi dari varietas tertentu yang ada di Sumatera Barat disanggrai sampai kering, kemudian direbus dengan air sampai mendidih, tambahkan gula pasir atau gula aren, dan di sajikan dengan gelas tempurung, bukan cangkir atau gelas kaca, unik sekali kan.. Katanya sih enak, tetap kerasa kopi. 😀

Espresso. Mungkin ini jenis kopi yang paling dikenal dan menjadi kekuatan dan nilai jual para barista, karena dijadikan “biang” untuk pembuatan kopi lain seperti cappucino, frappucino, coffee latte, dll. Espresso sendiri merupakan sari kopi, dibuat dengan memapatkan bubuk kopi, diseduh dengan uap panas tekanan tinggi, dan mempunyai standar pembuatan dan penilaian, salah satunya diatur oleh SCAA (Standard Coffee Association of America). Pengalamanku setiap minum espresso cukup lucu, karena si penjual hampir selalu memberi peringatan mengenai kerasnya espresso, intinya espresso tidak dianjurkan untuk cewek. Memang keras banget, makanya kalau beli espresso aku milih yang single aja. 😀

Cappucino. Bahan dasarnya adalah espresso, dicampur susu dan krim. Kadangkala di bagian atas ditaburi bubuk coklat. Bisa dibilang ini kopi yang paling sering kuminum di luaran.

Latte. Bahan dasarnya juga espresso, tapi hanya dicampur susu, perbandingannya 1:3.

Jenis kopi lain yang sering kuminum dan jadi favorit adalah 2 sachet kopi sachet-an yang sudah ada creamer atau creamer+susu, campur dengan sedikit air panas, diaduk sampai semuanya tercampur, tambahkan es batu, dan di blender sampai semua es batu hancur dan bisa diseruput pake sedotan. Rasanya mantap, lebih enak dari Frappucino harga 20-30 ribu yang sering kubeli. ^_^

Titin F

 
4 Comments

Posted by on April 18, 2011 in COFFEEDICTED, MY OWN

 

Tags: , , , ,

4 responses to “Coffee Lover To Be

  1. Erwin

    April 19, 2011 at 2:30 am

    Kemarin di Hotel Al Borg Jizan aq sempat pesan Kopi Turki, mmg seperti ada Mud nya.. kental banget kopinya. seperti minum lumpur.. tapi tetap uenakk bin nikmat… mungkin kalau di indonesia namanya bisa jadi Kopi Tubruk..

    salam penggemar kopi ya mba Titin.. 😉

     
    • Fitriani Titin

      April 19, 2011 at 10:25 am

      Salam juga.. 🙂
      Wuih, mantap.. Boleh tuh dicoba bikin sendiri, topik yang membahas kopi turki di internet ckp banyak, termasuk cara bikinnya.. Ayo ayo dicoba.. 😀

       
      • erwin

        April 25, 2011 at 4:47 pm

        Titin, boleh tuh di coba bikinnya.., aq biar bagian yang menikmati saja 😀

        Salam

        Siiippp, ntar kalo berhasil bikinnya, tak kasih tau deh, lbh enak mana dari kopi tubruk yg biasa ku bikin. 😀

         
  2. giewahyudi

    April 26, 2011 at 4:53 pm

    Saya juga lagi belajar kembali menjadi kopiholic nih, penawar ngantuk.. 🙂

    hahaha, mantap. Welcome to the club, minum kopi banyak manfaatnya loo, selain penawar ngantuk. ^_^

     

Leave a comment